[Berdebar] – [1] Ego dan Harga Diri

cover_berdebar_pitsansi

Main Cast: KIM WOO BIN as DANIEL RIGEL

BAE SUZY as SANIA OSCAR

OK TAECYEON as ERIC STEVANUS

IM YOONA as LAURA LARASATI

Sinopsis  |  Part 1  |  Part 2  |  Part 3  |  Part 4  |  Part 5  |  Part 6  |  Part 7  |  Part 8  |  Part 9

Part 10  |  Part 11  |  Part 12 [Proteksi]  |  Part 13 [Proteksi]  |  [End] Part 14 [Proteksi]

 “Ketika semuanya terlalu sulit untuk diungkapkan, debaran jantungmu akan menjawab segalanya.”

-BERDEBAR-

 

Ada satu hal yang dicemaskan Daniel setiap kali melirik sebuah benda berwarna merah muda di atas meja kerjanya. Berkali-kali ia terlihat berpikir keras saat membaca tulisan-tulisan yang terukir indah dengan tinta berwarna perak di dalamnya.

 

Eric Stevanus & Laura Larasati

 

Selain sepasang nama itu, juga tertera tanggal dan tempat berlangsungnya acara pertunangan mereka. Ya, yang sedari tadi membuat Daniel gusar dan cemas adalah sebuah kartu undangan pertunangan. Eric adalah teman baiknya semasa duduk di bangku sekolah menengah atas dan Laura adalah gadis tercantik di sekolahnya dulu. Banyak pria yang mengejarnya untuk dijadikan kekasih, termasuk Eric. Namun, bukan itu semua yang membebani pikiran Daniel.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu ruang kerjanya membuat Daniel mengalihkan pandangannya dari kartu undangan yang berada di genggamannya.

“Masuk!” Perintahnya.

Terdengar suara knop pintu diputar sebelum akhirnya seorang wanita berpenampilan rapih memasuki ruangan. “Permisi, Tuan. Saya ingin mengantarkan berkas-berkas untuk meeting siang nanti,” ucapnya yang masih berdiri di dekat pintu.

Daniel mengangguk pelan, sementara wanita tadi mulai berjalan perlahan menuju meja kerja Daniel untuk meletakkan berkas-berkas yang dibawanya, baru kemudian bergegas untuk keluar.

“Niken, tunggu sebentar!” Cegah Daniel ketika wanita yang dipanggilnya baru saja berniat untuk membuka pintu.

“Ya, Tuan? Ada yang perlu saya siapkan lagi?” Tanya Niken.

“Tidak, aku hanya ingin menanyakan sesuatu,” sahut Daniel dengan raut wajah serius yang sukses menarik keingintahuan wanita itu.

Niken membenarkan posisi berdirinya menghadap Daniel. Ia nampak siap untuk menerima pertanyaan dari atasannya itu.

“Seperti apa rasanya jatuh cinta?” Tanya Daniel sedikit ragu. Dengan wajah yang bersemu merah, ia mencoba mengalihkan tatapan Niken dengan berpura-pura menenggak secangkir kopi hitam dengan terburu-buru.

Untuk jeda waktu yang cukup lama, Niken belum juga menjawab. Ekspresi wajahnya terlihat tak percaya dengan pertanyaan yang baru saja diajukan sang atasan.

Daniel terlihat makin gugup diperhatikan seperti itu oleh Niken. “Kau hanya perlu menjawabnya!” Perintahnya kemudian, masih sedikit gugup.

“Oh, rasanya jatuh cinta?” Niken mulai berpikir lalu menjawab. “Kau akan merasakan detak jantungmu berdetak sangat cepat ketika kau berada didekat orang yang kau suka,” jelasnya.

“Hanya seperti itu? Apakah rasanya sama saat menaiki roller coaster di taman bermain?” Daniel kembali bertanya. Ia masih merasa penasaran dengan penjelasan Niken barusan.

Namun, bukan penjelasan yang didapatkannya, Niken justru semakin menatapnya dengan ekspresi terkejut.

Merasa ada yang tidak beres, Daniel segera menyibukkan diri dengan membenarkan posisi duduknya lalu berdehem pelan untuk mengembalikan wibawanya. “Baiklah, kau boleh keluar!” Lanjutnya lalu mulai membuka berkas-berkas di atas mejanya.

Niken mengangguk cepat dan bergegas keluar dari ruangan Daniel.

Daniel menarik nafas lega begitu Niken telah menutup rapat pintu ruang kerjanya. “Aish~ sebenarnya apa yang kulakukan? Mengapa aku bisa bertanya seperti itu padanya?” Keluh Daniel sambil menutup semua berkas dan menghempaskannya ke tempat semula. “Sekarang Niken pasti mengira aku tidak pernah merasakan jatuh cinta. Aarrgh!!”

 

3 jam yang lalu. . .

“Daniel, apa kau sudah menerima kartu undangan pertunanganku?” Suara seorang pria terdengar dari ujung ponsel yang digenggam Daniel.

“Ya, aku baru saja membukanya. Aku tidak menyangka akhirnya kau akan menikah dengan Laura,” sahut Daniel diiringi tawa renyahnya.

“Apa kau berpikir Hansen yang akan mendapatkan Laura pada saat itu? Haha~”

“Haha, kau memang beruntung!” Sahut Daniel lagi.

“Kau salah! Kurasa bukan aku yang beruntung. Justru Laura yang beruntung mendapatkanku,” bantah seseorang di seberang telepon yang secara otomatis membuat keduanya tertawa akrab.

Pembicaraan berlangsung santai dan riang hingga permasalahan pun muncul.

“Kau harus menghadiri pesta pertunanganku! Hansen, Fendy dan yang lainnya juga akan datang!”

“Akan kuusahakan!”

“Tidak boleh hanya diusahakan, kau wajib datang! Kau selalu banyak alasan saat kami ajak bertemu. Apa disaat pesta pertunanganku kau tetap tidak mau datang?”

“Baiklah, aku akan datang. Kau tak perlu cemas!” Kata Daniel akhirnya.

“Baguslah kalau begitu. Jangan lupa ajak kekasihmu. Kenalkan dia pada kami!”

“Ke-ka-sih?” Ucap Daniel terbata.

“Ya, jangan bilang kau belum juga memiliki kekasih!”

Daniel terdiam cukup lama.

“Apa kau benar-benar belum memiliki kekasih?” Tanya ulang sang penelepon.

“T-tentu saja aku sudah punya kekasih.”

“Baguslah, kau harus berjanji untuk mengajak teman wanitamu itu, okay?”

“Baiklah, baiklah! Aku pasti akan mengajaknya!” Daniel berusaha meyakinkan.

 

Daniel terus mengacak-acak rambutnya ketika belum juga menemukan jalan keluar. Dua minggu lagi. Bagaimana bisa ia mendapatkan kekasih dalam waktu sesingkat itu? Terlebih lagi bagi dirinya yang sama sekali belum pernah merasakan jatuh cinta.

—<><>—

“Totalnya satu juta Rupiah,” seorang gadis muda menengadahkan tangannya kepada seorang pria paruh baya di depannya, tanda meminta sesuatu.

“Apa kau mau memerasku? Lagi pula, kau sama sekali belum melakukan apapun pada mobilku ini!” Pria paruh baya itu nampak emosi meladeni gadis muda ini.

“Aku ini sudah sangat berpengalaman dalam hal ini. Dengan hanya melihat sebentar, aku sudah tau apa saja yang bermasalah dengan mobilmu ini. Mesinmu ini rusak parah, kau harus membayar ongkosnya di muka!” Kata sang gadis membela diri.

Pria paruh baya itu nampak mulai berpikir. Disapunya pemandangan sekitar dengan kedua matanya. Keadaan nampak sepi, hanya ada sesekali kendaraan melintasi jalan itu.

“Cepat! Aku tidak punya banyak waktu. Masih banyak pelanggan yang membutuhkan bantuanku!” Desak gadis itu lagi.

“Baiklah!” Dengan kesal, akhirnya si pria menyetujui permintaan gadis itu. Ia meengeluarkan dompet dari saku jasnya dan memberikan beberapa lembar uang kepada gadis itu. “Cepat perbaiki mobilku! Aku sedang terburu-buru!” Ucapnya kesal.

“Tenang saja, Anda hanya perlu beristirahat sebentar. Aku akan menanganinya dengan sangat cepat.” Senyum gadis itu mengembang sempurna. Tidak lama kemudian ia sudah berada di depan mobil, membuka penutup mesin mobil untuk mencoba memperbaikinya.

Menit-menit pertama, ia hanya mengetuk-ngetuk mesin mobil dengan satu-satunya kunci inggris yang ia punya. Ia nampak cukup serius memperhatikan mesin mobil di hadapannya.

Si pemilik mobil terus memperhatikan tingkah gadis itu dengan seksama. “Apa kau yakin bisa memperbaikinya?” Tanyanya ragu.

“Anda tenang saja!”

“Apa kau benar-benar bisa memperbaiki mobil hanya dengan sebuah kunci inggris itu?” Ragu sang pemilik mobil.

“Sudah kubilang Anda hanya perlu tenang dan bersabar sebentar. Kau hanya akan mengganggu konsentrasiku bila terus bertanya!” Kesal si gadis. Ia menegakkan dirinya sambil bertolak pinggang menghadap pemilik mobil.

“Baiklah, baiklah! Silahkan kau teruskan pekerjaanmu. Aku tidak akan mengganggumu lagi. Tapi tolong kerjakan dengan cepat!”

Setelah mengucapkan kalimat barusan, sang pemilik mobil segera meninggalkan tempat dan berjalan memasuki sebuah swalayan yang cukup jauh di seberang jalan.

Beberapa menit berlalu hingga si pemilik mobil nampak keluar dari swalayan dengan membawa sebuah air minum mineral. Sesampainya di mobil, ia tidak berhasil menemukan si gadis yang bertugas memperbaiki mobilnya.

Dengan panik, ia mengedarkan pandangannya ke jalanan sekitar untuk menemukan gadis itu. Di kejauhan ia akhirnya menemukan sosok gadis itu yang tengah berjalan menjauhi dirinya.

“HEY, KAU MAU KEMANA?” Teriak pemilik mobil sambil sedikit berlari menyusul kepergian gadis itu.

Merasa keberadaannya diketahui, si gadis semakin mempercepat langkahnya menjadi berlari.

“PENIPU! JANGAN LARI KAU!” Si pemilik mobil tidak terima telah ditipu oleh seorang gadis muda. Tapi, usia memang tidak bisa berbohong. Si pemilik mobil yang usianya memang tidak muda lagi terlihat kehilangan stamina. Langkahnya mulai melemah, jaraknya dengan si gadis pun semakin jauh. Tapi, ia masih saja tidak menyerah.

Si gadis berlari dengan sangat lincah. Dari gaya dan gerak geriknya, ia terlihat sangat handal dan berpengalaman dalam hal melarikan diri. Rambutnya yang panjang ia kuncir kuda. Ia juga tidak lupa menggunakan sepatu kets untuk melancarkan aksinya.

Semakin lama berlari, si gadis pun mulai merasa lelah. Ia yakin tidak akan berhasil melarikan diri apabila hanya mengandalkan kakinya untuk berlari.

—<><>—

Sudah beberapa hari berlalu, namun Daniel belum juga menemukan jalan keluar untuk permasalahan yang mengganggunya. Apa lagi kalau bukan soal pasangan untuk acara pernikahan Eric, sahabatnya.

Daniel memarkirkan mobil yang ia kendarai di depan sebuah tempat yang akhirnya menjadi satu-satu harapannya, biro jodoh. Ia sangat berharap dapat segera mendapatkan kekasih dengan cara tercepat.

Setelah memantapkan hatinya, ia mematikan mesin mobilnya dan berniat untuk turun dari sana. Namun belum juga semua itu terwujud, tiba-tiba saja seseorang membuka salah satu pintu mobilnya dan tergesa-gesa duduk di sebelahnya.

“Siapa kau?” Tanya Daniel yang cukup terkejut melihat seorang gadis asing tiba-tiba memasuki kendaraannya dengan nafas tersengal-sengal.

“Kumohon ce-pat ja-lan!” Pinta gadis asing itu setelah membanting pintu mobil untuk menutupnya.

“Kau ini siapa? Aku tidak mengenalmu. Cepat kau turun dari sini atau kubawa kau ke kantor polisi!” Ucap Daniel makin emosi.

“Kumohon, aku sedang terburu-buru. Cepat jalankan mesinnya atau aku akan mati bila ia berhasil menangkapku!”

“Mati? Apa maksudmu?” Daniel semakin dibuat tak mengerti.

“HEI! PENIPU JANGAN LARI KAU!” Suara teriakan seorang pria dari kejauhan mulai terdengar makin mendekat. Si gadis dan Daniel menoleh bersamaan ke arah suara itu.

Panik bercampur takut jelas tergambar di wajah si gadis. Ia kembali mendesak Daniel untuk segera melajukan mobilnya. “Kumohon selamatkan aku!” Ia mencengkram lengan jas yang dikenakan Daniel dan mengayunkannya seperti sedang meminta.

Dalam situasi sulit seperti ini, Daniel tidak dapat berpikir tenang. Akhirnya ia menyalakan mesin mobilnya kembali dan mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi tepat ketika pria yang berteriak tadi tiba.

“HEI! PENIPU, KEMBALIKAN UANGKU!” Tanpa bisa mengejar lebih jauh, pria itu hanya bisa menyalurkan emosinya dengan berteriak-teriak penuh emosi. Ia sungguh tidak peduli bila saat ini ia sedang menjadi pusat perhatian semua orang.

Di sisi lain, si gadis mulai dapat bernafas lega ketika melihat melalui kaca spion, pria yang mengejarnya sudah berhenti. Kini ia lebih fokus untuk mengatur nafasnya yang masih belum teratur.

“Cepat katakan kau ini siapa? Dan siapa pria yang mengejarmu itu?” Daniel mulai buka suara ketika melirik gadis di sebelahnya sudah mulai terlihat tenang.

Gadis itu menoleh cepat ke arah Daniel. Keadaannya terlihat sangat kacau. Dengan keringat yang bercucuran di keningnya, serta ikatan rambutnya yang sudah berantakan, cukup membuat Daniel turut prihatin. “Kau boleh menurunkanku di depan sana,” ucapnya.

“Apa katamu?” Daniel masih belum mengerti, tapi akhirnya manurut. Ia menghentikan laju mobilnya sesuai permintaan gadis asing itu.

“Terima kasih karena sudah menolongku,” ucap gadis itu lalu mulai membuka pintu untuk keluar dari mobil Daniel. “Oh ya, ambil ini untukmu!” Gadis itu kembali berbalik dan menyerahkan sebuah kartu nama kepada Daniel. Hubungi aku bila kau perlu bantuan apa pun!”

Daniel dibuat makin tak mengerti dengan tingkah gadis itu. Terlebih dengan sebuah kartu nama yang kini berada di genggamannya. “Hei, apa maksudmu?” Tanyanya percuma karena gadis asing tadi telah keluar dengan sedikit membanting pintu mobil. “Hei, jangan pergi dulu. Jelaskan padaku apa yang terjadi?” Daniel masih berusaha mencari tau. Ia berteriak dengan membuka kaca mobil tanpa berniat beranjak dari duduknya. Namun usahanya sepertinya tidak membuahkan hasil. Gadis itu terlihat cuek dengan terus berjalan menjauh sambil memperbaiki ikatan rambutnya yang berantakan.

Akhirnya Daniel dibiarkan sendiri di dalam mobil dengan kebingungannya. Ia kembali memperhatikan sebuah kartu nama yang diberikan gadis itu.

“Sania Oscar. Ahli dalam bidang apapun,” ucap Daniel membaca beberapa kata yang tercantum pada kartu nama itu.

Selain sebuah nama, di kartu nama itu juga tercantum nomor ponsel serta kalimat ‘Just call me and your problem will be solved!’

Daniel tertegun. Cukup lama ia mencerna keterangan pada kartu nama itu. “Sebenarnya apa pekerjaan gadis itu?” Tanyanya heran pada dirinya sendiri.

To be Continued…

4 comments on “[Berdebar] – [1] Ego dan Harga Diri

  1. Ping-balik: Read Fan Fiction

Tinggalkan komentar